Langsung ke konten utama

Bagaimana Saya Menciptakan Lagu Klasik

Mungkin kurang tepat juga jika saya mengatakan menciptakan musik klasik, sedangkan musik klasik dan lagu klasik disini juga bisa diartikan berbeda. Musik klasik sendiri sebenarnya musik yang dibuat pada era tahun1750an keatas, atau sekitar tahun itu. Sedangkan sebelumnya adalah musik Baroque, dan musik ranaissance. Setelah tahun itu disebut musik Romantic, dan kontemporer.

Namun dikalangan umum dan orang awam sendiri juga membingungkan, musik yang ada sekarang mereka menyebutnya dengan musik jaman sekarang, pop, rock, blues atau jazz. Sedangkan musik jaman bahula disebut dengan musik klasik.

Pernah suatu kali murid saya yang belajar gitar akustik dengan saya bercerita tentang temannya, bahwa temannya bisa memainkan gitar dengan baik, musik pop yang dimaksud, namun ada yang kurang kata dia, temannya itu ditantang untuk memainkan musik pop menjadi musik klasik, yang dimaksud tentu saja memainkannya dengan gaya klasik.

Memainkan gaya klasik disini berarti, memadukan ritem, bass dan melody dalam satu permainan dan satu instrumen gitar. Disebut juga dengan solo play, Solo play sendiri merupakan tantangan tersendiri bagi seorang gitaris. Jika anda dapat menguasainya tentu menyenangkan sekali.

Jadi lagu klasik yang saya ciptakan merupakan solo play, namun bisa saya pastikan itu bukan musik pop, jazz, atau blues. Bisa dibilang kearah musik romantic atau kontemporer. Lucunya adalah awalnya saya tidak berniat membuat lagu-lagu ini.

Sebelum saya menciptakan kearah sana, saya sudah menciptakan puluhan lagu yang bernuansa britpop dan sejenisnya. Dikarenakan posisi saya sebagai gitaris dojihatori, yang memang banyak memainkan musik-musik britpop dan sejenisnya. Begitu juga dengan murid-murid saya yang belajar gitar privat saya berikan beberapa lagu-lagu britpop. Jadi hal ini merupakan hal yang benar-benar baru seperti kejutan di hari ulang tahun.

Suatu hari pada ahir 2009, seorang teman saya datang kerumah. Dia adalah sutradara muda. Dia berencana untuk membuat film pendek musikal, mengisinya dengan lagu-lagu dari band-band cutting edge. Saat itu dia membutuhan seorang music director untuk film pendeknya. Kebetulan saya ditunjuk untuk membantunya.

Dia menceritakan kisah di film tersebut. Besok nya saya ketemu kembali dan dia menceritakan kembali kisahnya. Ini dikarenakan dia belum siap dengan story board. Namun saya sudah mendapati isi film tersebut.

Bayang-bayangan film tersebut selalu terbersit dalam pikiran. Setelah dua hari tiba-tiba saja saya mendapatkan nada-nada yang mengalun mengisi bayangan film tersebut. Saya ambil gitar saya, saya mainkan melody dan voila, ini dia. Saya menghubungi teman saya dan mengatakan saya sudah punya theme song untuk filmnya. Dia datang esoknya, mendengarnya dan menyukainya.

Saya makin bersemangat, saya makin masuk kedalam filmnya, dan 2 lagu baru tercipta, lebih tepatnya satu lagu dan satu etude. 2 lagu ini digunakan untuk isian di film, dan untuk backsound. Teman saya sangat menyukainya.

2 dari 3 lagu itu merupakan salah satu karya yang saya sebut dengan solo play. “klasik” atau bisa disebut kontemporer. Sejak saat itu saya jadi tertarik dengan menciptakan karya-karya seperti ini. Sebuah tantangan. Karena saya tahu prosesnya tidak sesederhana menciptakan musik pop.

Karya berikutnya datang dengan cara yang hampir sama, pada saat saya membayangkan perasaan-perasaan tertentu, dan melody-melody itu muncul dengan sendirinya. Menyatukan akord-akordnya mengikuti melody tersebut dengan gitar saya dan menyelesaikannya.

Biasanya saya tidak menciptakan keselurahan lagu dalam satu waktu. Ada kalanya saya menciptakan hanya bagian awal, tengah, atau bahkan bagian codanya. Lalu baru saya satukan.

Inspirasi tentu penting sekali dimusik. Karena musik membutuhkan perasaan didalamnya. Jika anda merasakan sesuatu dan bermain dengan imajinasi, segera ambil gitar anda, siapa tau anda dituntun dengan nada-nada itu dan menciptakan sesuatu yang indah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Mengakibatkan Kemampuan Bermusik Mandeg Bahkan Turun

Pernah mikir gak sih? Udah belajar gitar lama, tapi kaya gitu-gitu aja! Terus nonton permainan gitaris lain di Youtube atau Instagram, lalu beropini wah mereka itu berbakat sekali ya, dan lain-lainnya. Ujung-ujungnya (ekstremnya) merasa gak guna latihan yang dilakuin selama ini hingga berhenti main gitar. Apa sih yang sebenernya terjadi? Kita mulai dengan membandingkan dengan apa yang kita lihat. Padahal apa yang kita lihat belum tentu sebuah kebenaran. Misal kamu sedang nonton postingan orang lain yang main gitarnya keren banget di Instagram ataupun di youtube. Pastinya yang tidak terlihat dalam video itu adalah berapa lama proses dia dalam menguasai permainan gitar tersebut dan berapa kali dia harus "take" video" tersebut.  Yah walaupun take video yang hanya berdurasi semenit itu belum tentu benar-benar semenit. Bisa jadi memang semenit tapi bisa juga dia baru puas pada hasil videonya setelah puluhan take . Hal membandingkan tadi bisa jadi seperti penyakit yang tidak ...

Seberapa Besar Pengaruh Bentuk dan Ukuran Jari Dalam Bermain Gitar?

Jari saya terlalu besar mas! Jari saya terlalu kecil mas! Jari saya kurang Panjang mas! Di atas adalah sebagian "keluhan" murid-murid saya yang sedang belajar gitar dengan baik yang langsung datang ke studio ataupun yang sedang mengambil kelas gitar online. Dari pengalaman mengajar saya yang sudah lebih dari 10 tahun lebih dan menemui berbagai macam siswa dari usia 6 tahun hingga 60 tahun saya bisa menjawab singkat pertanyaan diatas yaitu seberapa besar pengaruh bentuk ukuran jari ketika belajar gitar adalah BESAR pengaruhnya. Tapi…. Tentu berpengaruh tapi tetap bisa bermain gitar, dan dalam prosesnya tentu akan ada kendala. Apa maksud dari bentuk dan ukuran? Selain Panjang dan pendeknya jari, gemuk kurusnya jari tidak bisa dipungkiri bentuk kuku dan posisinya pada jari juga berpengaruh. Akan saya jelaskan kenapa hal ini berpengaruh. Posisi terbaik menekan senar adalah dekat dengan besi fret dan posisi jari yang tegak terhadap fretboard. Posisi tegak berarti ketika jari menek...

Apa itu Lick, Riff, Pattern?

Belajar musik sebenarnya mirip dengan bahasa Indonesia. Prinsip tentang pengenalan lick, riff dan pattern . Jika dalam bahasa Indonesia, Inggris atau bahasa apapun kita mengenal adanya huruf, begitu juga dengan musik, kita mengenal nada. Dari nada-nada yang tersusun ini bisa membentuk sesuatu yang dinamakan lick , riff dan pattern . Namun ketiganya berbeda. Dari identifikasi ketiganya dapat berfungsi dalam pengembangan permainan solo, melody, hingga pencipataan lagu. Pattern disebut juga dengan motif, jika didalam bahasa Indonesia/Inggris sebuah huruf yang terangkai bisa menjadi sebuah kata. Contoh kata "aku", sedangkan di musik, 2 atau 3 nada saja bisa menjadi sebuah motif atau pattern , semisal, do - mi - sol,  re - mi - do, atau mi - fa - sol - do. Ibarat kalimat pada bahasa Indonesia/Inggris, riff adalah kalimat di lagu, penggabungan dari 2 motif ( pattern ) atau lebih, biasanya riff terbentuk dari 1 hingga dua bar. Penciptaan riff ini sendiri biasanya penge...