Langsung ke konten utama

Kenapa Gitaris Umumnya Punya Lebih Dari Satu Gitar?

Punya teman gitaris? trus tau gitarnya kok banyak, ngapain coba punya gitar lebih dari satu?

Salah satu murid saya yang kala itu masih duduk di bangku SMA. Setiap kursus gitar dengan saya, dia selalu membawa gitarnya sendiri yaitu sebuah gitar akustik bermerek Cort.

Gitarnya termasuk gitar entry level namun sudah sangat memadai untuk dia belajar. Gitar itu bisa dibilang setara dengan gitar Yamaha F310 yang merupakan gitar entry level juga. Saya tanya, "kamu udah bosen belum sama gitarmu? pengen ganti?". Pertanyaan yang sporadis banget, dan dia jawab dengan jeda sesaat, "belum sih".

Lalu saya nimpali, "dulu aku juga betah banget sama gitarku yang pertama".

Secara tidak langsung saya membandingkan teman-teman gitaris saya termasuk saya sendiri yang punya gitar lebih dari satu.

Menjadi gitaris tidak selalu membutuhkan gitar lebih dari satu, namun secara fungsi biasanya seorang gitaris memang membutuhkan lebih dari satu gitar. 

Misal seperti saya yang seorang pengajar gitar. Minimum punya 3 gitar, yaitu gitar elektrik, akustik dan klasik yang karena saya sendiri mengajar di 3 area itu yaitu mengajar gitar elektrik, akustik umum dan fingerstyle dan mengajar gitar klasik juga.

Lain lagi sebagai musisi yang bermain reguler di cafe-cafe, bisa jadi dia punya 2 gitar, yaitu gitar akustik dan elektrik. Walaupun ada juga yang cukup dengan satu gitar. 2 gitar ini memang bisa difungsikan ke genre yang berbeda.

Kasus lain, setidaknya gitaris punya 2 gitar, satu gitar yang bagus sebagai koleksi dan satu gitar lagi yang memang sering dipakai untuk perform (kerja).

Diluar konteks saya yang sebagai pengajar, jika saya seorang gitaris, ada rasa penasaran untuk tone yang dihasilkan tiap gitar. Terutama kita yang mampu untuk membeli gitar. Karena harga gitar itu sendiri tidaklah murah. Hal ini juga yang mengerakkan saya ingin memiliki gitar lebih dari satu.

Tiap brand gitar biasanya memiliki ciri khas sound dan tone. Ini bisa dilihat dan dirasakan pada gitar akustik atau klasik. Dengan bentuk gitar yang relatif sama namun suara yang dihasilkan bisa sangat berbeda. Berbeda bukan berarti satu gitar bersuara lebih baik dari satunya. Mereka hanya berbeda.

Sedangkan untuk gitar elektrik dengan bentuk yang sama umumnya bersuara sama, walaupun tidak selalu, karena tone dan karakter dari gitar elektrik juga berpengaruh dari banyak faktor.

Suara yang berbeda membuat kita merasakan experience yang berbeda. Begitu juga ketika memainkannya. Feel dan playbility yang berbeda. Mendapatkan inspirasi yang berbeda juga. 

Sama dengan orang yang hobbynya kulineran. Selain lapar, juga ingin mencoba berbagai jenis makanan untuk mendapatkan exeperience dan rasa yang berbeda. Jadi tidak sekedar  menghilangkan lapar belaka.

Namun tentu saja ini berbeda kasusnya jika seseorang yang baru belajar gitar, keinginan dan kebutuhannya berbeda dibanding dengan seorang gitaris profesional sehingga pada saat itu dia belum butuh atau ingin membeli gitar lainnya.

Hal lainnya lagi seorang gitaris yang juga seorang kolektor. Karena dia kolekter jelas dia membeli gitar yang bisa jadi harga bukan jadi masalah. Ini sudah menjadi hobby sehingga sudah dipastikan dia punya lebih dari satu gitar, bahkan mungkin 3 gitar.

Satu posisi lain adalah ketika menjadi gitaris yang sudah ternama. Sering banget kita lihat gitaris-gitaris tersebut menggunakan gitar yang tidak selalu sama. Malah ada juga gitaris yang menggunakan model yang sama, tapi dia memiliki gitar tersebut lebih dari satu. Dengan alasan yang hampir sama, kebutuhan akan profesi, penasaran hingga hobbynya untuk membeli gitar-gitar.

Sebagai gitaris, membeli gitar tentu sudah menjadi kesenangan, hobby, jadi sebuah rabbit hole. Jika sudah mencoba lebih dari satu gitar maka akan tertarik untuk mencoba kita lainnya, benar-benar hampir sama dengan analogi tadi yaitu seorang yang suka wisata kuliner.

Alasan klasik yang paling masuk akal ketika seorang belajar gitar dan membeli gitar yang kedua adalah ketidakpuasan pada gitar pertamanya. Pada dasarnya kebutuhan manusia ingin mendapatkan yang lebih baik termasuk gitar.

Semoga bermanfaat.


Buat kamu yang sedang mencari media belajar gitar murah yang bisa dimana aja dan kapan aja, klik disini 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Lick, Riff, Pattern?

Belajar musik sebenarnya mirip dengan bahasa Indonesia. Prinsip tentang pengenalan lick, riff dan pattern . Jika dalam bahasa Indonesia, Inggris atau bahasa apapun kita mengenal adanya huruf, begitu juga dengan musik, kita mengenal nada. Dari nada-nada yang tersusun ini bisa membentuk sesuatu yang dinamakan lick , riff dan pattern . Namun ketiganya berbeda. Dari identifikasi ketiganya dapat berfungsi dalam pengembangan permainan solo, melody, hingga pencipataan lagu. Pattern disebut juga dengan motif, jika didalam bahasa Indonesia/Inggris sebuah huruf yang terangkai bisa menjadi sebuah kata. Contoh kata "aku", sedangkan di musik, 2 atau 3 nada saja bisa menjadi sebuah motif atau pattern , semisal, do - mi - sol,  re - mi - do, atau mi - fa - sol - do. Ibarat kalimat pada bahasa Indonesia/Inggris, riff adalah kalimat di lagu, penggabungan dari 2 motif ( pattern ) atau lebih, biasanya riff terbentuk dari 1 hingga dua bar. Penciptaan riff ini sendiri biasanya penge

Membedakan Teknik Apoyando dan Tirando

2 teknik dasar pada permainan gitar klasik adalah apoyando dan tirando. Dua teknik ini menjadi acuan yang biasanya di latih pada berbagai scale. Namun ada beberapa hal yang saya cermati dari dua teknik ini. Pada sebuah piece kebanyakan para gitaris lebih banyak menggunakan teknik tirando dikarenakan notes yang di mainkan dalam satu ketukan lebih dari dua nada. Tapi sebelum lebih jauh, saya akan menggambarkan secara sederhana yang membedakan dua teknik ini. Apoyando disebut juga rest stroke . Artinya ketika jari tangan kanan memetik senar, misal dengan jari i (telunjuk) maka jari setelah memetik senar akan menempel pada senar di atasnya (beristirahat/ rest ). Contoh, ketika jari memetik senar 1, setelah memetik jari akan beristirahat di senar 2. Jika senar 2 dipetik maka setelah memetik, jari akan beristirahat di senar 3, begitu seterusnya. Teknik ini banyak di gunakan pada single note , atau berfungsi memberikan accent atau tekanan untuk melodi tertentu. Lain hal dengan tekni

Teori Penting Yang Harus Dikuasai Gitaris

Sebelumnya harus dibedakan antara teori dan teknik. Dari pengalaman saya, teori berjalan beriringan dengan prakteknya. Dimana teknik dan lagu adalah bagian dari praktek. Walaupun banyak gitaris yang tidak menguasai teori, tapi penguasaan teori ini penting untuk mengembangkan teknik. Banyak siswa-siswa saya yang belajar gitar dengan saya bisa dibilang sudah bisa bermain gitar, tidak hanya iringan bahkan juga bermain melodi. Tapi pada akhirnya mereka juga ingin tahu tentang teori. Ini di karenakan dengan teori musik, seorang musisi atau gitaris pada khususnya bisa membuka wawasan baru yang lebih luas. Untuk itu ada banyak teori yang bisa digunakan untuk mengembangkan permainan gitar, tapi saya akan jelaskan yang dasar saja. Yang pertama tentu adalah jarak nada (interval), contoh yang membedakan nada C dan D adalah jarak nada, hal ini juga berkenaan juga dengan kres/Sharp dan mol/flat. Selanjutnya adalah konstruksi tangga nada. Karena tangga nada itu banyak, biasanya dimulai d