Langsung ke konten utama

Apakah Belajar Gitar Membutuhan Bakat?

Saya belum pernah belajar gitar, saya tidak paham musik, saya sudah terlalu tua, saya tidak punya bakat.

Itu semua adalah beberapa alasan yang membuat seseorang gagal dalam belajar gitar. Ya, gagal. Lho kok bisa? Tapi benar kan, kalau tidak punya bakat artinya tidak bisa bermain gitar atau musik lainnya. Ah, masa iya....??

Dari pengalaman saya mengajar, mulai dari anak umur 6 tahun hingga 40 tahun lebih berbagai masalah dan kendala saya hadapi. Terutama masalah "alasan". Sebelumnya, beberapa orang yang ingin belajar gitar, baik melalui lembaga atau pun les privat, akan menanyakan pada dirinya sendiri, "bermain gitar itu mudah tidak ya? sepertinya mudah". Orang-orang terbiasa dengan sesuatu yang dianggapnya mudah.

Tentu saja siapa sih yang tidak ingin mendapatkan kemudahan. Manusia modern kan ingin yang instan, namun sayangnya hal ini tidak berlaku pada ketrampilan. Ketrampilan bermusik, bermain gitar ataupun memainkan alat musik lainnya. Jadi, butuh bakat apa engga sih? bisa iya bisa tidak.

Yang jelas Bakat di musik itu ada pengaruhnya, Beethoven, Mozart, Tarrega bisa jadi acuan musisi yang berbakat. Karyanya tak lekang jaman. Mereka janganlah dijadikan alasan kita apabila menemui kendala atau kesulitan belajar gitar. Mereka harusnya menjadi semangat dikarenakan karya-karyanya asik dan menyenangkan untuk dimainkan.

Jelasnya, tidak ada seorang bayi yang lahir pertama kali langsung diberi "mandat" sebagai atlit, presiden, seniman atau musisi. Terutama soal ketrampilan. Ketrampilan itu diasah, semakin diasah semakin baik. Jika kamu melihat seorang gitaris dan dia terlihat sangat hebat, pertanyaannya adalah berapa jam dia latihan dalam sehari? 1 jam? 2 jam? atau bahkan 8 jam.

Jadi yang dibutuhkan untuk bisa bermain musik atau gitar adalah repetisi, atau pengulangan. Mengasih ketrampilan dengan latihan (pengulangan), tapi tidak sembarang pengulangan. Jika kamu benar-benar ingin menguasai sebuah instrumen musik, gitar contohnya, maka sebaiknya carinya seorang pengajar,  baik secara privat atau kamu datang ke lembaganya. Ini penting dikarenakan adanya seorang pengajar memberikan kedisiplinan pada proses belajar gitar sendiri.

Pada akhirnya kamu akan memilih belajar gitar yang terbaik adalah gitar akustik, elektrik atau klasik. Seorang pengajar gitar seperti saya biasanya akan memberikan materi yang disesuaikan dengan anak didik saya. Misal murid saya yang berumur 8 tahun akan saya berikan materi yang berbeda dengan anak usia 14 tahun. Namun dalam lingkup yang sama, yaitu grade dasar yang mencakup hingga materi yang kesekian.

Tahap demi tahap dalam proses belajar gitar juga sangat berpengaruh. Jadi hal ini juga tidak bisa dipaksakan. Sebagai contoh ada beberapa orang tua murid yang berharap dalam 6 bulan anaknya sudah harus bisa. Padahal situasinya tidak bisa disamakan antara anak yang satu dan yang lain. Jadi kembali bahwa jika benar-benar ingin bisa bermain gitar tentu mengikuti saran-saran dari pengajarnya.

Sejauh pengalaman saya mengajar, murid saya semua bisa menyelesaikan grade 1 nya. Pada grade satu ini target saya yang utama adalah si anak bisa memainkan gitarnya terlebih dahulu dan bisa mengembangkan pada grade diatasnya. Dan dari pengalaman saya juga selama ini murid saya yang bisa dibilang berbakat bisa dihitung dengan jari.

Jadi kesimpulannya adalah siapapun bisa bermain gitar, asal tahu caranya. Dengan Latihan, kesabaran dan bimbingan seorang pengajar.

Semoga Berhasil!


Komentar

  1. Saya stgh tahun ini les gitar. Ada perkembangan sih. tp saya buta nada dan gak punya jiwa seni. rasanya sedih nggak bisa2 walau udah latian sampai jati kapalan, sembuh lagi, kapalan lagi. :c

    BalasHapus
    Balasan
    1. gak mungkin gak punya jiwa seni mas. kan situ suka musik?
      mulailah dengan belajar chord mayor dan minor dulu mas baru setelah itu hafalin scale diatonic dan pentatonic

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Lick, Riff, Pattern?

Belajar musik sebenarnya mirip dengan bahasa Indonesia. Prinsip tentang pengenalan lick, riff dan pattern . Jika dalam bahasa Indonesia, Inggris atau bahasa apapun kita mengenal adanya huruf, begitu juga dengan musik, kita mengenal nada. Dari nada-nada yang tersusun ini bisa membentuk sesuatu yang dinamakan lick , riff dan pattern . Namun ketiganya berbeda. Dari identifikasi ketiganya dapat berfungsi dalam pengembangan permainan solo, melody, hingga pencipataan lagu. Pattern disebut juga dengan motif, jika didalam bahasa Indonesia/Inggris sebuah huruf yang terangkai bisa menjadi sebuah kata. Contoh kata "aku", sedangkan di musik, 2 atau 3 nada saja bisa menjadi sebuah motif atau pattern , semisal, do - mi - sol,  re - mi - do, atau mi - fa - sol - do. Ibarat kalimat pada bahasa Indonesia/Inggris, riff adalah kalimat di lagu, penggabungan dari 2 motif ( pattern ) atau lebih, biasanya riff terbentuk dari 1 hingga dua bar. Penciptaan riff ini sendiri biasanya penge

Membedakan Teknik Apoyando dan Tirando

2 teknik dasar pada permainan gitar klasik adalah apoyando dan tirando. Dua teknik ini menjadi acuan yang biasanya di latih pada berbagai scale. Namun ada beberapa hal yang saya cermati dari dua teknik ini. Pada sebuah piece kebanyakan para gitaris lebih banyak menggunakan teknik tirando dikarenakan notes yang di mainkan dalam satu ketukan lebih dari dua nada. Tapi sebelum lebih jauh, saya akan menggambarkan secara sederhana yang membedakan dua teknik ini. Apoyando disebut juga rest stroke . Artinya ketika jari tangan kanan memetik senar, misal dengan jari i (telunjuk) maka jari setelah memetik senar akan menempel pada senar di atasnya (beristirahat/ rest ). Contoh, ketika jari memetik senar 1, setelah memetik jari akan beristirahat di senar 2. Jika senar 2 dipetik maka setelah memetik, jari akan beristirahat di senar 3, begitu seterusnya. Teknik ini banyak di gunakan pada single note , atau berfungsi memberikan accent atau tekanan untuk melodi tertentu. Lain hal dengan tekni

Teori Penting Yang Harus Dikuasai Gitaris

Sebelumnya harus dibedakan antara teori dan teknik. Dari pengalaman saya, teori berjalan beriringan dengan prakteknya. Dimana teknik dan lagu adalah bagian dari praktek. Walaupun banyak gitaris yang tidak menguasai teori, tapi penguasaan teori ini penting untuk mengembangkan teknik. Banyak siswa-siswa saya yang belajar gitar dengan saya bisa dibilang sudah bisa bermain gitar, tidak hanya iringan bahkan juga bermain melodi. Tapi pada akhirnya mereka juga ingin tahu tentang teori. Ini di karenakan dengan teori musik, seorang musisi atau gitaris pada khususnya bisa membuka wawasan baru yang lebih luas. Untuk itu ada banyak teori yang bisa digunakan untuk mengembangkan permainan gitar, tapi saya akan jelaskan yang dasar saja. Yang pertama tentu adalah jarak nada (interval), contoh yang membedakan nada C dan D adalah jarak nada, hal ini juga berkenaan juga dengan kres/Sharp dan mol/flat. Selanjutnya adalah konstruksi tangga nada. Karena tangga nada itu banyak, biasanya dimulai d