Langsung ke konten utama

Kenapa Belajar Gitar Klasik Bisa Melatih Otak Kanan

Sebenarnya tidak hanya belajar gitar klasik yang bisa melatih otak kanan. Bidang seni yang lain juga. Tapi disini saya akan sedikit membandingkan gitar klasik, akustik dan elektrik karena tiga jenis ini adalah "makanan" saya sebagai pengajar gitar.

Jadi, kenapa gitar klasik?

Karena kalau kamu les gitar klasik otomatis kamu akan belajar cara membaca partitur (not balok). Wah susah donk mas! Haha.

Ibarat kita sedang belajar bahasa Inggris, Arab, Jepang, Korea, atau bahasa asing lainnya sebenarnya belajar not balok tidak jauh berbeda. Karena not balok bukan bahasa "ibu", maka tidak digunakan dalam harian. Jadi terkesan sulit.

Kebiasaan adalah hal terpenting untuk menguasai not balok. Walaupun not balok ini lebih mirip memahami simbol, dari pemahaman simbol kita jadi paham not mana pada gitar yang akan dibunyikan.

Jadi, bagaimana bisa melatih membaca not balok ini bisa melatih otak kanan?

Jika kita sedang membayangkan, atau merasakan sesuatu dengan suara, mengidentifikasi warna, berimajinasi itu adalah bagian kerja dari otak kanan.

Sederhananya adalah sewaktu kita yang belajar gitar klasik dihadapkan dengan not balok, not yang kita baca, kita cari nada yang benar pada gitar. Tapi, yang lebih baik adalah sewaktu kita membaca kita sudah membayangkan nada, bahkan jari mana yang akan menekan nada tersebut. Yang sebenarnya terjadi adalah sewaktu membaca not balok, otak kita sedang membayangkan gerakan tangan hingga bentuk tangan pada gitar itu sendiri.

Saya teringat pada waktu home concert 2012, saya memajukan 9 murid saya untuk home concert. Kebetulan saya duduk sebaris dengan beberapa peserta home concert lainnya. Disebelah kanan saya persis ada seorang pemuda yang akan maju concert, dia saat itu di piano klasik grade 4.

Dia membuka-buka lagu yang akan dimainkannya. Dia membaca not-not balok dibuku tersebut sambil dia memainkannya tanpa piano. Yup dia membayangkan ada piano di pangkuannya. Ini artinya dia secara sadar/tidak sadar sedang menggunakan otak kanannya.

Sama dengan bermain gitar klasik tadi, sewaktu saya sedang memainkan lagu-lagu klasik yang saya baca, saat saya membaca, saya membayangkan jari-jari saya memainkan nada-nada tersebut diatas fretboard, dan otak tinggal menjalankan perintah ke tangan.

Hal ini juga berlaku jika kamu belajar gitar akustik dan elektrik. Sewaktu seseorang memainkan sebuah akord satu dan pindah ke akord lainnya, sebenarnya dia sudah membayangkan akord berikutnya yang akan dibunyikan. Bentuk-bentuk akord inilah yang digambarkan pada otaknya.

Jadi perbedaan dari gitar klasik, akustik dan eletrik dalam melatih otak kanan nya apa?

Menurut saya, di karena belajar gitar klasik dari grade dasar selain melatih teknik dan arpeggio juga melatih banyak lagu dalam not balok, tiap not memiliki banyak ragam motif (pattern), jadi untuk sebuah lagu saja dia harus menggambarkan/membayangkan bentuk motif yang begitu banyak, dan tiap lagu dia akan menggambarkan bentuk motif lainnya lagi. Jadi otak kanan nya bekerja begitu "keras".

Ini bagi yang tidak biasa akan merasa kelelahan terutama diawal-awal latian. Seiring berjalannya latihan akan merasa menyenangkan ibarat bermain puzzle yang menghasilkan suara-suara yang indah.

Beda dengan gitar akustik/elektrik, untuk grade- awal, grade satu dan dua yang lebih fokus dalam "mencontoh", seperti mainkan akord C, atau Bm, dan akord-akord dasar lainnya yang bentuknya bisa dihitung. Jadi latihannya otak kanannya tidak sebanyaknya pada latihan gitar klasik yang menggunakan partitur.

Tapi seandainya belajar gitar akustik/elektrik sudah sampai pada improvisasi, komposisi dan penciptaan lagu maka penggunaan otak kanan akan sama porsi. Untuk hal ini akan saya posting di lain waktu.

Jadi, kamu ingin melatih otak kanan kamu? Belajar gitar klasik aja, :-)

Yuk, mari


Harwindho S
Pengajar Gitar
Les Gitar Offline dan Online

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Lick, Riff, Pattern?

Belajar musik sebenarnya mirip dengan bahasa Indonesia. Prinsip tentang pengenalan lick, riff dan pattern . Jika dalam bahasa Indonesia, Inggris atau bahasa apapun kita mengenal adanya huruf, begitu juga dengan musik, kita mengenal nada. Dari nada-nada yang tersusun ini bisa membentuk sesuatu yang dinamakan lick , riff dan pattern . Namun ketiganya berbeda. Dari identifikasi ketiganya dapat berfungsi dalam pengembangan permainan solo, melody, hingga pencipataan lagu. Pattern disebut juga dengan motif, jika didalam bahasa Indonesia/Inggris sebuah huruf yang terangkai bisa menjadi sebuah kata. Contoh kata "aku", sedangkan di musik, 2 atau 3 nada saja bisa menjadi sebuah motif atau pattern , semisal, do - mi - sol,  re - mi - do, atau mi - fa - sol - do. Ibarat kalimat pada bahasa Indonesia/Inggris, riff adalah kalimat di lagu, penggabungan dari 2 motif ( pattern ) atau lebih, biasanya riff terbentuk dari 1 hingga dua bar. Penciptaan riff ini sendiri biasanya penge

Membedakan Teknik Apoyando dan Tirando

2 teknik dasar pada permainan gitar klasik adalah apoyando dan tirando. Dua teknik ini menjadi acuan yang biasanya di latih pada berbagai scale. Namun ada beberapa hal yang saya cermati dari dua teknik ini. Pada sebuah piece kebanyakan para gitaris lebih banyak menggunakan teknik tirando dikarenakan notes yang di mainkan dalam satu ketukan lebih dari dua nada. Tapi sebelum lebih jauh, saya akan menggambarkan secara sederhana yang membedakan dua teknik ini. Apoyando disebut juga rest stroke . Artinya ketika jari tangan kanan memetik senar, misal dengan jari i (telunjuk) maka jari setelah memetik senar akan menempel pada senar di atasnya (beristirahat/ rest ). Contoh, ketika jari memetik senar 1, setelah memetik jari akan beristirahat di senar 2. Jika senar 2 dipetik maka setelah memetik, jari akan beristirahat di senar 3, begitu seterusnya. Teknik ini banyak di gunakan pada single note , atau berfungsi memberikan accent atau tekanan untuk melodi tertentu. Lain hal dengan tekni

Teori Penting Yang Harus Dikuasai Gitaris

Sebelumnya harus dibedakan antara teori dan teknik. Dari pengalaman saya, teori berjalan beriringan dengan prakteknya. Dimana teknik dan lagu adalah bagian dari praktek. Walaupun banyak gitaris yang tidak menguasai teori, tapi penguasaan teori ini penting untuk mengembangkan teknik. Banyak siswa-siswa saya yang belajar gitar dengan saya bisa dibilang sudah bisa bermain gitar, tidak hanya iringan bahkan juga bermain melodi. Tapi pada akhirnya mereka juga ingin tahu tentang teori. Ini di karenakan dengan teori musik, seorang musisi atau gitaris pada khususnya bisa membuka wawasan baru yang lebih luas. Untuk itu ada banyak teori yang bisa digunakan untuk mengembangkan permainan gitar, tapi saya akan jelaskan yang dasar saja. Yang pertama tentu adalah jarak nada (interval), contoh yang membedakan nada C dan D adalah jarak nada, hal ini juga berkenaan juga dengan kres/Sharp dan mol/flat. Selanjutnya adalah konstruksi tangga nada. Karena tangga nada itu banyak, biasanya dimulai d