Langsung ke konten utama

Kenapa Belajar Musik Itu Mahal Bagian 1

Apa memang selalu mahal? Adakah yang murah? Ada, lalu bedanya? trus, kenapa kebanyakan mahal?

Suatu kali saya menerima telp yang menanyakan tentang les gitar privat. Berapa mas biayanya? saya jawab Rp.200.000 bu untuk 4x pertemuan, jika datang kerumah masih ada biaya tambahan.

Kok mahal mas? apa tidak bisa kurang? tanya si Ibu, maaf bu harga nya sudah standar. 1x pertemuannya berapa lama mas? tanyanya lagi, "1x pertemuan 1 jam", "gak bisa lebih lama mas", tawar dia

Pada saat itu saya sebenarnya sedang menimbang-nimbang, maksud saya bukan menimbang-nimbang harga yang saya berikan. Diposisi saya yang sudah punya pengalaman sebagai pemain band lebih dari 10 tahun, pengalaman mengajar lebih dari 5 tahun, punya sertifikasi ABRSM (grade 5), selain itu sertifikasi Mahir Gitar klasik dari sebuah kursusan di Yogya, saya pikir harga yang saya tawarkan sudah murah sekali.

Dimana harga rata-rata kursusan musik di Yogyakarta berkisar Rp.250.000,-an untuk grade dasar dengan 1x pertemuan antara 45-60 menitnya. Dengan ilmu yang sama, silabus yang tidak jauh berbeda. Mungkin si ibu tadi sedang dalam tahap "Survey".

Ok, lalu kenapa sih kok harganya nya bisa mahal? yaitu perjam nya antara Rp. 50.000 - Rp.75.000. Sedangkan kalau les mata pelajaran seperti matematika atau bahasa Inggris perjamnya tidak sampai segitu?

Ini dikarenakan hal yang sederhana, "Tidak semua orang bisa main musik", musik bukan lah ilmu "pasti", artinya tidak bisa belajar hanya dalam kurun waktu 1-3 bulan saja.

Mirip dengan berobat ke dokter, cek dokter yang hanya 5-10 menit kita membayar Rp.10.000,- hingga Rp.100.000,-. Karena keilmuannya tidak sesederhana itu.

Kita bisa lihat pengamen, mereka terlihat mudah sekali memainkan gitar, atau anak-anak kost "sebelah" yang genjreng-genjreng tampak mudah, lalu bukan berarti belajar gitar/musik itu murah. Kalau murah kenapa sampai ada SMA (SMM) bahkan Universitasnya bahkan hingga ke gelar Profesor.

Hal ini juga yang tidak disadari masyarakat kita. Belajar Gitar/Musik intinya adalah tidak harus menjadi musisi. Yang terpenting adalah keseimbangan. Melatih otak kanan dan kiri, bisa membuat refreshing, bisa menghibur orang, bisa mententramkan jiwa, bahkan ada yang dijadikan terapi untuk penyakit.

Balik lagi kenapa bisa mahal? lembaga kursus musik seperti Yamaha, Purwacaraka kenapa bisa memberikan harga "mahal", ini dikarenakan mereka memiliki standar, alias silabus, visi, harapan murid-murid mereka jadinya seperti apa. Mereka memberikan grade, ujian, dan pengajarnya berasal dari "ahli", atau lulusan Institut Seni, atau lulusan dari kursusan lain dengan grade intermediate/advance.

Lalu ada juga pengajar Independen yang memberikan rate yang tinggi? atau atau lebih rendah bedanya apa?
tunggu pada postingan bagian kedua ya....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Mengakibatkan Kemampuan Bermusik Mandeg Bahkan Turun

Pernah mikir gak sih? Udah belajar gitar lama, tapi kaya gitu-gitu aja! Terus nonton permainan gitaris lain di Youtube atau Instagram, lalu beropini wah mereka itu berbakat sekali ya, dan lain-lainnya. Ujung-ujungnya (ekstremnya) merasa gak guna latihan yang dilakuin selama ini hingga berhenti main gitar. Apa sih yang sebenernya terjadi? Kita mulai dengan membandingkan dengan apa yang kita lihat. Padahal apa yang kita lihat belum tentu sebuah kebenaran. Misal kamu sedang nonton postingan orang lain yang main gitarnya keren banget di Instagram ataupun di youtube. Pastinya yang tidak terlihat dalam video itu adalah berapa lama proses dia dalam menguasai permainan gitar tersebut dan berapa kali dia harus "take" video" tersebut.  Yah walaupun take video yang hanya berdurasi semenit itu belum tentu benar-benar semenit. Bisa jadi memang semenit tapi bisa juga dia baru puas pada hasil videonya setelah puluhan take . Hal membandingkan tadi bisa jadi seperti penyakit yang tidak ...

Seberapa Besar Pengaruh Bentuk dan Ukuran Jari Dalam Bermain Gitar?

Jari saya terlalu besar mas! Jari saya terlalu kecil mas! Jari saya kurang Panjang mas! Di atas adalah sebagian "keluhan" murid-murid saya yang sedang belajar gitar dengan baik yang langsung datang ke studio ataupun yang sedang mengambil kelas gitar online. Dari pengalaman mengajar saya yang sudah lebih dari 10 tahun lebih dan menemui berbagai macam siswa dari usia 6 tahun hingga 60 tahun saya bisa menjawab singkat pertanyaan diatas yaitu seberapa besar pengaruh bentuk ukuran jari ketika belajar gitar adalah BESAR pengaruhnya. Tapi…. Tentu berpengaruh tapi tetap bisa bermain gitar, dan dalam prosesnya tentu akan ada kendala. Apa maksud dari bentuk dan ukuran? Selain Panjang dan pendeknya jari, gemuk kurusnya jari tidak bisa dipungkiri bentuk kuku dan posisinya pada jari juga berpengaruh. Akan saya jelaskan kenapa hal ini berpengaruh. Posisi terbaik menekan senar adalah dekat dengan besi fret dan posisi jari yang tegak terhadap fretboard. Posisi tegak berarti ketika jari menek...

Cara Memilih Gitar Untuk Anak Usia Dibawah 12 Tahun

Beberapa bulan terakhir banyak sekali yang menanyakan kepada saya, apa gitar yang cocok untuk anaknya? Dimana usia anak mereka di rentang usia 6 tahun hingga 12 tahun. Sedikit tricky untuk memilih gitar untuk anak usia 12 tahun. Namun satu hal yang jadi pertimbangan adalah kenyaman. Hal ini akan menjadikan anak untuk giat belajar gitar. Jika si anak merasa instrumennya tidak nyaman untuk dimainkan, ini bisa jadi mengurangi semangat dia untuk berlatih setiap harinya. Kenyamanan yang seperti apa? Yang pertama adalah pilih gitar yang dengan ukuran yang sesuai dengan fisiknya. Misalkan si anak memiliki fisik yang kecil, misal si anak masih berusia 6-8 tahun, tidak ada salahnya membeli gitar dengan ukuran 1/2, secara fisik otomatis gitar ini lebih mungil dari ukuran gitar standar, dan skala yang diberikan juga lebih pendek, karena hal ini memudahkan anak dalam memainkannya. Dengan skala yang yg lebih pendek maka senar akan terasa lebih empuk untuk ditekan dibanding ukuran gitar full size. J...