Sungguh? Tidak semua musisi mengatakan itu, setidaknya saya pernah mendengar ucapan itu sekali dua kali. Namun yang cukup berbahaya ketika orang yang membicarakan itu tidak tahu apa yang dibicarakan dan orang yang mendengarkan (yang baru belajar gitar) percaya hal itu.
Tentu saja belajar tangga nada itu sangat membosankan, itu juga pengalaman saya dan pengalaman murid-murid saya yang baru belajar gitar terutama mereka yang masih muda (baca: anak dibawah 12 tahun).
Namun ini juga menjadi tantangan saya sebagai pengajar, dimana tidak bosan-bosannya menekankan pentingnya melatih tangga nada.
Namun ada kalanya (menurut saya) belajar tangga nada itu omong kosong. Kita perhatikan saja orang-orang yang ingin bisa bermain gitar secara instan. Mereka menonton televisi yang sedang menyajikan acara inbox dan sejenisnya lalu terinspirasi untuk belajar gitar. "Yang penting bisa buat nggenjrang-nggenjreng mas sambil nyanyi nyanyi".
Gampangnya jika motivasi hanya sebatas itu saya hanya ajarkan akord-akord dan cara menggenjreng, selesai sudah. Mudah bisa, dan mudah....lupa (mungkin).
Maka akan saya bandingkan dengan masa kita belajar di sekolah dasar, menengah dan atas (SD, SMP, SMA) hingga kuliah. Dimana kita belajar lebih dari 12 tahun ditambah berapa lama kamu menyelesaikan study di perguruan tinggi.
Kita tahu betapa sederhananya anak mulai mengenal huruf dan angka, lalu mengkombinasikannya menjadi sebuah kata-kata, kalimat, paragraf dan cerita hingga matematika ber-akar dan ber-integral. Lalu berapa persen ilmu yang kita pakai selama study digunakan dalam mengais rejeki, bekerja di sebuah perusahaan atau memulai bisnis sendiri.
Saya akan sependapat bahwa kemampuan membaca dan menghitung sederhana adalah yang paling esensial, kan tidak mungkin seorang melanjutkan ke jenjang sarjana tanpa bisa baca ataupun berhitung.
Inilah yang saya sebut esensial, ini yang membuat saya belajar tangga nada tanpa henti, ini yang membuat saya setuju dengan segovia dan musisi-musisi lain bahwa tetap melatih tangga nada. Bagaimana belajar gitar dan musik di mulai dengan tangga nada dan belajar tangga nada itu BUKANLAH omong kosong.
Tentu saja belajar tangga nada itu sangat membosankan, itu juga pengalaman saya dan pengalaman murid-murid saya yang baru belajar gitar terutama mereka yang masih muda (baca: anak dibawah 12 tahun).
Namun ini juga menjadi tantangan saya sebagai pengajar, dimana tidak bosan-bosannya menekankan pentingnya melatih tangga nada.
Namun ada kalanya (menurut saya) belajar tangga nada itu omong kosong. Kita perhatikan saja orang-orang yang ingin bisa bermain gitar secara instan. Mereka menonton televisi yang sedang menyajikan acara inbox dan sejenisnya lalu terinspirasi untuk belajar gitar. "Yang penting bisa buat nggenjrang-nggenjreng mas sambil nyanyi nyanyi".
Gampangnya jika motivasi hanya sebatas itu saya hanya ajarkan akord-akord dan cara menggenjreng, selesai sudah. Mudah bisa, dan mudah....lupa (mungkin).
Maka akan saya bandingkan dengan masa kita belajar di sekolah dasar, menengah dan atas (SD, SMP, SMA) hingga kuliah. Dimana kita belajar lebih dari 12 tahun ditambah berapa lama kamu menyelesaikan study di perguruan tinggi.
Kita tahu betapa sederhananya anak mulai mengenal huruf dan angka, lalu mengkombinasikannya menjadi sebuah kata-kata, kalimat, paragraf dan cerita hingga matematika ber-akar dan ber-integral. Lalu berapa persen ilmu yang kita pakai selama study digunakan dalam mengais rejeki, bekerja di sebuah perusahaan atau memulai bisnis sendiri.
Saya akan sependapat bahwa kemampuan membaca dan menghitung sederhana adalah yang paling esensial, kan tidak mungkin seorang melanjutkan ke jenjang sarjana tanpa bisa baca ataupun berhitung.
Inilah yang saya sebut esensial, ini yang membuat saya belajar tangga nada tanpa henti, ini yang membuat saya setuju dengan segovia dan musisi-musisi lain bahwa tetap melatih tangga nada. Bagaimana belajar gitar dan musik di mulai dengan tangga nada dan belajar tangga nada itu BUKANLAH omong kosong.
Komentar
Posting Komentar