Langsung ke konten utama

Berapa Lagu Yang Harus di Latih (Hafal) Untuk Memaksimalkan dan Mempertahankan Skill Bermain Gitar?

Ketika kamu belajar gitar tentunya kamu berpikir bisa memainkan lagu. Mungkin kamu juga tahu, tidak semua lagu memiliki kesulitan yang sama, ada yang mudah dan sebagian lainnya lebih sulit.

Terpikir juga buat kamu untuk menghafal lagu yang sedang kamu pelajari. Kalau lagu itu asik dan kamu menikmatinya bisa jadi kamu menghafalnya sepanjang masa, namun bisa juga engga. Malah ada juga yang bulan lalu hafal lalu bulan ini sudah lupa.

Kepikiran gak sih, kita itu butuh berapa lagu yang harus dihafal supaya teknik bermain gitar kita itu gak gitu-gitu aja, atau setidaknya tidak berkurang atau tidak menurum.

Jika saya ditanya hal yang sama maka setidaknya kita harus bisa memainkan lagi di tingkat kesulitan yang hampir sama. Namun berapa banyak lagu yang harus dihafal tidak ada jawaban pastinya, karena tiap orang punya kapasitas memory dan ketersediaan waktu yang berbeda-beda.

Saran saya kepada murid-murid saya ketika mereka sudah berada di tinggkat intermediate, setidaknya mereka hafal 5-6 lagu. Tentu saja hafal lebih banyak lagu itu juga baik buat mereka. Dengan harapan tentu saja jika sudah bisa hafal memainkan lagu di tingkat kesulitan menengah, lagu-lagu dengan tingkat kesulitan yang lebih mudah tentu tidak perlu dihafal, karena untuk memainkan lagu sederhana seharusnya tidak membutuhkan waktu yang lama seperti pertama kali dulu mencobanya.

Ketika kamu terbiasa dengan memainkan lagu-lagi di level yang lebih mudah, secara tidak langsung otot-otot kamu akan ikut beradaptasi, dan jika ini dilakukan terlalu lama secara tidak langsung kemampuan (skill) kamu akan menurun sedikit.

Sebagai contoh ketika saya akan ujian diploma ABRSM, repertoar yang akan dimainkan berada di level advance yang tentu saja akan memaksa skill gitar saya untuk push up ke arah yang lebih berat, jari-jari akan dipaksa untuk mampu memainkan repertoar tersebut.

Selepas itu saya lebih sering memainkan lagu-lagu yang secara kesulitan dibawah dari repertoar-repertoar yang diujikan tadi hal ini membuat jari-jari saya akan lebih kaku ketika memainkan kembali repertoar tersebut.

Tentu saja ini juga bisa terjadi kesiapa saja, termasuk kamu. Jadi memang tidak bisa dipungkiri seorang gitaris mirip dengan seorang atlit. Jika atlit tersebut sudah pernah juara dunia maka porsi latihannya tidak akan menurun sehingga atlit tersebut tetap bisa mempertahankan prestasinya.

Kembali ke ranah gitaris tadi, dari beberapa repertoar pilihan kamu tadi. Idealnya pilihan repertoar bisa mencakup teknik yang cukup merata, dimana pilihan bisa pada tipe-tipe permainan melody, akord, arpeggio.

Hal ini tentu akan disesuikan dengan instrumen pilihan kamu, apakah kamu fokus bermain gitar elektrik, akustik, fingerstyle atau gitar klasik. Syukur-syukur jika ada satu atau dua repertoar/lagu bisa mencakup hampir semua teknik.

Seandainya dalam pilihan repertoar/lagu yang kamu hafal tadi tidak bisa mencakup semua aspek teknik kamu di tingkat itu maka setidakanya kamu punya daily rutin dimana ini mencakup warm up penjarian dan teknik-teknik pilihan yang dilatih terpisah dengan repertoar atau lagu-lagu tadi.

Semoga bermanfaat


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Lick, Riff, Pattern?

Belajar musik sebenarnya mirip dengan bahasa Indonesia. Prinsip tentang pengenalan lick, riff dan pattern . Jika dalam bahasa Indonesia, Inggris atau bahasa apapun kita mengenal adanya huruf, begitu juga dengan musik, kita mengenal nada. Dari nada-nada yang tersusun ini bisa membentuk sesuatu yang dinamakan lick , riff dan pattern . Namun ketiganya berbeda. Dari identifikasi ketiganya dapat berfungsi dalam pengembangan permainan solo, melody, hingga pencipataan lagu. Pattern disebut juga dengan motif, jika didalam bahasa Indonesia/Inggris sebuah huruf yang terangkai bisa menjadi sebuah kata. Contoh kata "aku", sedangkan di musik, 2 atau 3 nada saja bisa menjadi sebuah motif atau pattern , semisal, do - mi - sol,  re - mi - do, atau mi - fa - sol - do. Ibarat kalimat pada bahasa Indonesia/Inggris, riff adalah kalimat di lagu, penggabungan dari 2 motif ( pattern ) atau lebih, biasanya riff terbentuk dari 1 hingga dua bar. Penciptaan riff ini sendiri biasanya penge

Membedakan Teknik Apoyando dan Tirando

2 teknik dasar pada permainan gitar klasik adalah apoyando dan tirando. Dua teknik ini menjadi acuan yang biasanya di latih pada berbagai scale. Namun ada beberapa hal yang saya cermati dari dua teknik ini. Pada sebuah piece kebanyakan para gitaris lebih banyak menggunakan teknik tirando dikarenakan notes yang di mainkan dalam satu ketukan lebih dari dua nada. Tapi sebelum lebih jauh, saya akan menggambarkan secara sederhana yang membedakan dua teknik ini. Apoyando disebut juga rest stroke . Artinya ketika jari tangan kanan memetik senar, misal dengan jari i (telunjuk) maka jari setelah memetik senar akan menempel pada senar di atasnya (beristirahat/ rest ). Contoh, ketika jari memetik senar 1, setelah memetik jari akan beristirahat di senar 2. Jika senar 2 dipetik maka setelah memetik, jari akan beristirahat di senar 3, begitu seterusnya. Teknik ini banyak di gunakan pada single note , atau berfungsi memberikan accent atau tekanan untuk melodi tertentu. Lain hal dengan tekni

Teori Penting Yang Harus Dikuasai Gitaris

Sebelumnya harus dibedakan antara teori dan teknik. Dari pengalaman saya, teori berjalan beriringan dengan prakteknya. Dimana teknik dan lagu adalah bagian dari praktek. Walaupun banyak gitaris yang tidak menguasai teori, tapi penguasaan teori ini penting untuk mengembangkan teknik. Banyak siswa-siswa saya yang belajar gitar dengan saya bisa dibilang sudah bisa bermain gitar, tidak hanya iringan bahkan juga bermain melodi. Tapi pada akhirnya mereka juga ingin tahu tentang teori. Ini di karenakan dengan teori musik, seorang musisi atau gitaris pada khususnya bisa membuka wawasan baru yang lebih luas. Untuk itu ada banyak teori yang bisa digunakan untuk mengembangkan permainan gitar, tapi saya akan jelaskan yang dasar saja. Yang pertama tentu adalah jarak nada (interval), contoh yang membedakan nada C dan D adalah jarak nada, hal ini juga berkenaan juga dengan kres/Sharp dan mol/flat. Selanjutnya adalah konstruksi tangga nada. Karena tangga nada itu banyak, biasanya dimulai d