Langsung ke konten utama

Bagaimana Saya Membuat Band

Ok, pada awalnya saya tidak dengan sengaja membuat band. Tapi disinilah kuncinya. Saat ini saya banyak sekali menemui band-band baru yang luar biasa. Banyak yang keren-keren tapi banyak juga yang tidak, itu hanya opini saya.

Band-band baru tersebut berlomba-lomba dalam artian mereka membuat band dengan harapan ingin seperti band pujaannya. Tidak ada yang salah dengan ini. Banyak juga band-band yang baru berdiri, lalu langsung membuat lagu merekamnya dan memberikan pada radio sebagai demo. Saya juga dulu melakukkannya namun dengan jalan yang berbeda, saya tidak tau mengapa, hampir rata-rata band baru seperti itu. Atau hanya perasaan saya saja.

Saya menyukai musik, belajar gitar, memainkannya, dan suatu waktu ada teman saya yang mengajak untuk nge-band. Ini membuat saya bersemangat tentunya, saya bergabung, memainkan semua lagu yang saya tau, waktu itu saya baru bisa memainkan ritem. Tapi tetap saja sangatlah menyenangkan.

Dan sewaktu saya masuk ke dalam lingkungan SMA saya bertemu banyak sekali teman yang ternyata mampu memainkan musik (Tidak seperti sekarang, sudah banyak anak SD yang pandai bermain gitar, bahkan murid-murid saya banyak yang seusia ini baik cowo ataupun cewe). Disaat itulah saya seperti menemukan dunia baru, seperti invasi musik britpop yang saat itu melanda tanah air.

Awalnya saya belajar gitar ritem, setelahnya saya mulai mencoba belajar untuk memainkan gitar melody. Yah disaat musik 80an banyak didera musik ala Michael Jackson dan NKOTB, saya hampir kehilangan gitar hero pada masa itu. Walaupun pada era sebelum britpop sebenarnya ada juga band-band yang mengandalkan permainan gitar yang aduhai seperti Queen. Dasarnya saya sudah menyukai musik-musik the Beatles, jadi lagu-lagu yang pada saat itu nyantol ditelinga saya tidak lain adalah Oasis, Shedseven, Blur, Kula Shaker dan masih banyak lagi.

Di jaman SMA itulah saya dan teman teman dekat saya sangat demam dengan invasi musik britpop yang dari Inggris ini. Dan kebetulan ada sebuah ekstrakulikuler yang jumlahnya anggota tidak banyak membentuk sebuah band, dan tidak ada dari anggota mereka yang bisa bermain gitar. Dan mereka sangat ingin tampil diacara sekolah. Dan ahirnya mereka mununjuk saya dan teman sekelas saya untuk mengisi gitarnya.

Jadilah saya sebagai gitaris mereka untuk acara tersebut. Kami memainkan 2 lagu dari era britpop. Setelah acara tersebut kami serasa jadi selebriti, hehe. Setelahnya saya mulai merasakan nyaman memainkan lagu-lagu britpop, dan sang vokalis saat itu juga sangat demen dengan britpop, yang ahirnya kita tetap melanjutkan band yang tanpa nama ini. Pada saat itu band hanya terdiri dari 3 orang, seorang vokalis dan 2 gitaris.

Setelah lulus dari SMA barulah kita berusaha untuk melengkapi personil yang lain, kita mencari drummer dan seorang bassist. Cukup mudah, saya kenal seorang drummer dan vokalis saya kenal seorang bassist. Dan untungnya mereka juga suka dengan musik britpop jadi tidak ada masalah. Mulailah kita rutin latian tiap minggu dan mencoba untuk tampil di berbagai acara.

Ternyata tidak mudah untuk sekedar tempil, karena kami sendiri selalu gagal apabila mengikuti seleksi band. Tapi walaupun gagal, kita tetap senang. Itulah intinya, kita bermain musik karena kita senang. Hal ini berujung kita mengganti nama band kita dari magicpie menjadi Dojihatori yang idenya datang dari vokalis kami dengan memadukan nama masing-masing personilnya. Mungkin maksudnya kita berganti nama untuk buang sial, well ada benarnya juga, karena setelah berganti nama untuk pertama kalinya kita lolos seleksi band.

Kita mulai percaya diri dan lebih nyaman memainkan lagu-lagu cover (kebanyakan beraliran bripop). Kita bergerilya selama 2 tahun yang pada ahirnya vokalis kami menyatakan mundur dikarenakan harus study keluar negeri. Disaat kekosongan inilah saya terinspirasi untuk menciptakan lagu sendiri, dikarena kami jauh lebih nyaman memainkannya daripada meainkan lagu-lagu cover, kami merasa jadi diri sendiri. Sampai ahirnya kami menemukan seorang vokalis, yang kharismatik (ini media lho yang bilang, hehe).

Setelah memainkan lagu-lagu sendiri, bermain dari panggung ke panggung, ahirnya kita mulai mencoba untuk merekam lagu-lagu tersebut, prosesnya cukup lama dikarenakan kita merekam satu bulan satu lagu (waktu itu kita ngumpulin uang saku masing-masing untuk rekording). Ahirnya kelar, dan lucunya kita tidak tau mau diapakan master lagu yang berisi 12 lagu tersebut.

Kita bermusik mengikuti apa yang kita sukai, susah senang dialami bersama, dan sampailah kita pada menyerahkan master tersebut ke sebuah minor label dijogja. Dan mereka suka, dan mau membantu kita, selain untuk perilisan dan jadwal manggung. Kita mulai akrab dengan panggung, radio dan wawancara hingga bermain di stasiun televisi.

Saya jadi ingat, butuh 5 tahun untuk kami merilis album pertama kami dan saat ini Dojihatori sudah merilis 3 album, satu diantaranya mini album, dan masih berkarya hingga kini (dojihatori berdiri di tahun 2000). Ada hal yang saya dapat disini, musik itu bagian dari jiwa kita, seperti sebuah pelampiasan namun dalam hal positif tentu saja. Pengaktifan otak kanan, keseimbangan emosi, menjaga kebersamaan, menurunkan ego dan tentu saja bersenang-senang :-).

Kebersamaan adalah sesuatu yang wajib hingga sebuah band itu menjadi solid, bukannnya sebagai pelampiasan belaka yang berujung pada tidak mau mengalahnya ego personilnya. Tidak mudah, namun proses itu merupakan pengalaman berharga dan menyenangkan.

Selain saya masih menjalankan sebuah band, saya tentunya juga pengajar gitar dan membuka les privat gitar untuk anda yang berdomisili di jogja, bisa menghubungi saya via email atau chat di chestermod@gmail.com atau di windhojong@yahoo.com dan yang khusus diluar kota jogja saya merekomendasikan les privat gitar disini (Klik disini).  




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Lick, Riff, Pattern?

Belajar musik sebenarnya mirip dengan bahasa Indonesia. Prinsip tentang pengenalan lick, riff dan pattern . Jika dalam bahasa Indonesia, Inggris atau bahasa apapun kita mengenal adanya huruf, begitu juga dengan musik, kita mengenal nada. Dari nada-nada yang tersusun ini bisa membentuk sesuatu yang dinamakan lick , riff dan pattern . Namun ketiganya berbeda. Dari identifikasi ketiganya dapat berfungsi dalam pengembangan permainan solo, melody, hingga pencipataan lagu. Pattern disebut juga dengan motif, jika didalam bahasa Indonesia/Inggris sebuah huruf yang terangkai bisa menjadi sebuah kata. Contoh kata "aku", sedangkan di musik, 2 atau 3 nada saja bisa menjadi sebuah motif atau pattern , semisal, do - mi - sol,  re - mi - do, atau mi - fa - sol - do. Ibarat kalimat pada bahasa Indonesia/Inggris, riff adalah kalimat di lagu, penggabungan dari 2 motif ( pattern ) atau lebih, biasanya riff terbentuk dari 1 hingga dua bar. Penciptaan riff ini sendiri biasanya penge

Membedakan Teknik Apoyando dan Tirando

2 teknik dasar pada permainan gitar klasik adalah apoyando dan tirando. Dua teknik ini menjadi acuan yang biasanya di latih pada berbagai scale. Namun ada beberapa hal yang saya cermati dari dua teknik ini. Pada sebuah piece kebanyakan para gitaris lebih banyak menggunakan teknik tirando dikarenakan notes yang di mainkan dalam satu ketukan lebih dari dua nada. Tapi sebelum lebih jauh, saya akan menggambarkan secara sederhana yang membedakan dua teknik ini. Apoyando disebut juga rest stroke . Artinya ketika jari tangan kanan memetik senar, misal dengan jari i (telunjuk) maka jari setelah memetik senar akan menempel pada senar di atasnya (beristirahat/ rest ). Contoh, ketika jari memetik senar 1, setelah memetik jari akan beristirahat di senar 2. Jika senar 2 dipetik maka setelah memetik, jari akan beristirahat di senar 3, begitu seterusnya. Teknik ini banyak di gunakan pada single note , atau berfungsi memberikan accent atau tekanan untuk melodi tertentu. Lain hal dengan tekni

Teori Penting Yang Harus Dikuasai Gitaris

Sebelumnya harus dibedakan antara teori dan teknik. Dari pengalaman saya, teori berjalan beriringan dengan prakteknya. Dimana teknik dan lagu adalah bagian dari praktek. Walaupun banyak gitaris yang tidak menguasai teori, tapi penguasaan teori ini penting untuk mengembangkan teknik. Banyak siswa-siswa saya yang belajar gitar dengan saya bisa dibilang sudah bisa bermain gitar, tidak hanya iringan bahkan juga bermain melodi. Tapi pada akhirnya mereka juga ingin tahu tentang teori. Ini di karenakan dengan teori musik, seorang musisi atau gitaris pada khususnya bisa membuka wawasan baru yang lebih luas. Untuk itu ada banyak teori yang bisa digunakan untuk mengembangkan permainan gitar, tapi saya akan jelaskan yang dasar saja. Yang pertama tentu adalah jarak nada (interval), contoh yang membedakan nada C dan D adalah jarak nada, hal ini juga berkenaan juga dengan kres/Sharp dan mol/flat. Selanjutnya adalah konstruksi tangga nada. Karena tangga nada itu banyak, biasanya dimulai d