Langsung ke konten utama

Kenapa Kebanyakan Orang Memilih Belajar Gitar Akustik Dari Pada Klasik?


Seperti biasa pagi hari sudah menjadi tugas saya mengantar anak ke sekolah, berhubung jadwal kerja saya sebagai pengajar gitar itu lebih banyak di siang hingga malam. Dalam perjalanan mengantar anak agar suasana tidak sepi saya menyalakan radio, dan memilih channel satu ke channel yang lain tidak hanya mendengarkan lagu namun juga mendengarkan berita terupdate saat itu.

Banyak ragam musik yang tersaji ketika saya mengganti channel di radio. Saya sering mengganti chanel-chanel di radio untuk menyesuaikan dengan mood saat itu. Berbagai musik dari musik asli Indonesia atau bahkan dari barat (musik barat), begitu juga sesekali saya mendengarkan musik-musik berirama jawa di satu stasiun radio. Namun dari sekian banyak channel stasiun radio yang saya dengarkan, sangat jarang saya mendengar ada yang memutarkan musik klasik, apalagi gitar klasik.

Ini sebenarnya menjadi perhatian buat saya pribadi. Ini dikarenakan bidang ilmu musik yang ada di universitas di Indonesia umumnya adalah musik klasik, dengan pilihan yang sesuai dengan instrumen (major) yang diambil.

Saya teringat saat saya masih lulus dari SMA terbersit untuk kuliah di ISI (Institut Seni Indonesia) jurusan musik. Walaupun akhirnya niat itu saya urungkan, dan sempat kepikiran lagi untuk kuliah seni setelah lulus menjadi sarjana teknik. Namun saya urungkan kembali karena pada saat itu saya mengambil arah belajar musik menggunakan sistem ABRSM (Royal Inggris).

Singkat cerita ketika saya berkeinginan masuk ISI pada saat lulus SMA, saya sama sekali tidak ada gambaran belajar musik (gitar) di ISI itu seperti apa, bahkan bisa dibilang saya nol banget apa itu musik klasik. Walaupun dulu saya pernah belajar gitar klasik, namun ternyata itu benar-benar nol banget.

Kenyataannya saat itu musik yang saya dengar kebanyakan adalah britpop, punk, indie dan musik-msuik lain yang pada saat itu sedang populer yang tentu saja ini sangat berbeda dengan jenis musik yang diajarkan di ISI pada saat itu.

Dari fakta ini, musik klasik atau gitar klasik pada khususnya bukanlah musik yang bisa didengar dimana-dimana. Faktanya film-film besar sedikit banyak mengambil karya-karya dari musik klasik sebagai musik latar, atau banyak komposer dunia yang terinspirasi oleh musik klasik.

Ada juga stigma yang terbentuk di masyarakat bahwa belajar membaca not balok itu susah, dan lain halnya. Walaupun ada stigma yang bagus dimana kalau belajar musik itu paling bagus mulai dari musik klasik. Kedua hal tersebut tidak bisa disalahkan, walaupun saya tidak selalu setuju dengan hal itu.

Musisi yang memainkan musik klasik, gitaris klasik umumnya mempunyai kendala wadah untuk menunjukan eksistensinya. Ini juga menjadi faktor kenapa jenis musik ini menjadikan gitar klasik bukan pilihan belajar gitar terutama anak-anak muda (usia antara 18-30 tahun).

Ditambah lagi para orang tua yang menginginkan anaknya belajar lagu-lagu populer, sedangkan populer dan belajar bukan sesuatu yang selalu cocok untuk dipadukan. Karena menurut saya sesuatu yang populer tidak selalu bisa menjadi acuan pembelajaran.

Jika kamu mungkin belum pernah mendengarkan lebih detail gitar-gitar klasik jangan memutuskan terlebih dahulu musik klasik ini dan itu. Beri kesempatan, kamu bisa memulai mendengarkan romance de amor sebuah komposisi tradisional Spanyol, Lagrima atau Recuardos de Alhambra karya Tarrega hingga ke Sueno en la Floresta karya Agustin Barrios.

Dan masih banyak karya-karya gitar klasik yang bisa menjadi pertimbangan bahwa kenapa banyak musisi gitar klasik diluar sana yang tetap bergelut di dunia gitar klasik diantara gempuran-gempuran musik-musik pop saat ini.


Semoga Bermanfaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa itu Lick, Riff, Pattern?

Belajar musik sebenarnya mirip dengan bahasa Indonesia. Prinsip tentang pengenalan lick, riff dan pattern . Jika dalam bahasa Indonesia, Inggris atau bahasa apapun kita mengenal adanya huruf, begitu juga dengan musik, kita mengenal nada. Dari nada-nada yang tersusun ini bisa membentuk sesuatu yang dinamakan lick , riff dan pattern . Namun ketiganya berbeda. Dari identifikasi ketiganya dapat berfungsi dalam pengembangan permainan solo, melody, hingga pencipataan lagu. Pattern disebut juga dengan motif, jika didalam bahasa Indonesia/Inggris sebuah huruf yang terangkai bisa menjadi sebuah kata. Contoh kata "aku", sedangkan di musik, 2 atau 3 nada saja bisa menjadi sebuah motif atau pattern , semisal, do - mi - sol,  re - mi - do, atau mi - fa - sol - do. Ibarat kalimat pada bahasa Indonesia/Inggris, riff adalah kalimat di lagu, penggabungan dari 2 motif ( pattern ) atau lebih, biasanya riff terbentuk dari 1 hingga dua bar. Penciptaan riff ini sendiri biasanya penge

Membedakan Teknik Apoyando dan Tirando

2 teknik dasar pada permainan gitar klasik adalah apoyando dan tirando. Dua teknik ini menjadi acuan yang biasanya di latih pada berbagai scale. Namun ada beberapa hal yang saya cermati dari dua teknik ini. Pada sebuah piece kebanyakan para gitaris lebih banyak menggunakan teknik tirando dikarenakan notes yang di mainkan dalam satu ketukan lebih dari dua nada. Tapi sebelum lebih jauh, saya akan menggambarkan secara sederhana yang membedakan dua teknik ini. Apoyando disebut juga rest stroke . Artinya ketika jari tangan kanan memetik senar, misal dengan jari i (telunjuk) maka jari setelah memetik senar akan menempel pada senar di atasnya (beristirahat/ rest ). Contoh, ketika jari memetik senar 1, setelah memetik jari akan beristirahat di senar 2. Jika senar 2 dipetik maka setelah memetik, jari akan beristirahat di senar 3, begitu seterusnya. Teknik ini banyak di gunakan pada single note , atau berfungsi memberikan accent atau tekanan untuk melodi tertentu. Lain hal dengan tekni

Teori Penting Yang Harus Dikuasai Gitaris

Sebelumnya harus dibedakan antara teori dan teknik. Dari pengalaman saya, teori berjalan beriringan dengan prakteknya. Dimana teknik dan lagu adalah bagian dari praktek. Walaupun banyak gitaris yang tidak menguasai teori, tapi penguasaan teori ini penting untuk mengembangkan teknik. Banyak siswa-siswa saya yang belajar gitar dengan saya bisa dibilang sudah bisa bermain gitar, tidak hanya iringan bahkan juga bermain melodi. Tapi pada akhirnya mereka juga ingin tahu tentang teori. Ini di karenakan dengan teori musik, seorang musisi atau gitaris pada khususnya bisa membuka wawasan baru yang lebih luas. Untuk itu ada banyak teori yang bisa digunakan untuk mengembangkan permainan gitar, tapi saya akan jelaskan yang dasar saja. Yang pertama tentu adalah jarak nada (interval), contoh yang membedakan nada C dan D adalah jarak nada, hal ini juga berkenaan juga dengan kres/Sharp dan mol/flat. Selanjutnya adalah konstruksi tangga nada. Karena tangga nada itu banyak, biasanya dimulai d